PENDAHULUAN
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu,
berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah
diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu
merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar pendidikan
lanjutan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus
terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada
batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam
menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia
saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil
saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas
permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar
gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan
pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan
ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan
dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara
perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah
bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan
oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan
manusia, dan peningkatan hidup manusia.
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
Secara
garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a).
pendidikan, b). teori umum pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan pada umumnya yaitu
mendidik yang dilakukan oleh masyarkat umum. Pendidikan seperti ini
sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba,
kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri,
suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Yang
termasuk insting manusia antara lain sikaf melindungi anak, rasa cinta
terhadap anak, bayi menangis, kempuan menyusu air susu ibu dan merasakan
kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai
dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan,
kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik bermaksud
membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan
hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah
membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey pendidikan itu adalah The general theory of education dan Philoshophy is the general theory of education, dan
dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau
filsafat pendidikan sama dengan teri pendidikan. Sebab itu ia mengatakan
pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep
di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan
progresif, inti filsafat pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah
yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia.
Ketiga,
ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu
dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu
pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.
B. FILSAFAT
Filsafat
adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu
sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat
pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi
diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat
membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan
filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat
ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia
saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian kecil
saja. Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas
permukaan di laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai
kedasar gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada dipikiran dan
renungan yang kritis.
Dalam
garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu: metafisiska,
epistemologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing
sebagai berikut :
1).
Metafisika adalah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu
yang terdapat dialam ini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua
pandangan menurut Callahan (1983) yaitu :
a. Manusia
pada hakekatnya adalah spritual. Yang ada adalah jiwa tau roh, yang
lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jwa dari ikatan
semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasikan diri, pandangan ini
dianut oleh kaum Idealis, Scholastik, dan beberapa Realis.
b. Manusia
adalah organisme materi.Pandangan ini dianut kaum Naturalis,
Materialis, Eksprementalis, Pragmatis, dan beberapa Realis. Pendidikan
adalah untuk hidup. Pendidikan berkewajiban membuat kehidupan menusia
menjadi menyenangkan.
2). Epistemologi adalah filfat yang membahas tentang pergaulan dan kebenaran, dengan rincian masing-masing sebagai beikut :
a. ada lima sumber pengetahuan yaitu:
(1). Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedia, buku teks yang baik, rums dan tabel.
(2). Comman sense yang ada pada adat dan tradisi
(3). Intuisi yang berkaitan dengan perasaan
(4). Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengelaman
(5).Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b. ada empat teori kebenaran yaitu:
(1). Koheren, sesuatu akan benar bila ia konsesten dengan kebenaan umum.
(2). Koresponden, sesuatu akan benar bila ia dengan tepat dengan fakta yang jelas.
(3). Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya memberi manfaat bagi kehidupan.
(4). Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
3).
Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir
dengan benar. Dengan memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa
berpikir dan mengemukakan penadapatnya secara tepat.
4).
Etika adalah filsafat yang menguaraikan tentang perilaku manusia,
Nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran
dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan
sebab tujuan pendidikan untuk mengembangan perilaku manusia, anatara
lain afeksi peserta didik.
Junjun
(1981) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang seling
berkaitan satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang
dimaksud adalah:
1). Tingkat empiris
adalah ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih berdiri
sendiri, baru sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada
tingkat ini wujud ilmu belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi
penemuannya karena belum lengkap.
2). Tingkat penjelasan atau teoretis,
adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur teoretis. Dengan
struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah itu dicari
kaitannya satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan
cara ini struktur berusaha mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu
menjadi suatu pola yang berarti.
Dari
uraian di atas kita sudah berkenalan dengan ilmu empiris berupa
simpulan-simpulan penelitian dan konsep-konsep serta ilmu teoretis dalam
bentuk teori-teori atau grand theory-grand theory.
Pendidikan
adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu
yang lain, pendidikan lahir dari induknya filsafat. Sejalandengan proses
perkembangan ilmu ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari
induknya. Pada awalnya pendidikan bersama dengan filsafat sebab
filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia.
Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan
manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
C. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Hubungan
antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu:
logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan
interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran
kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat
pendidikan.
D. FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat
pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan
yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia, namun demikian semua filsafat
itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut:
1). Apakah pendidikan itu?
2). Apa yang hendak dicapai?
3). Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan itu?
Masing-masing pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang bertalian dengan apakah pendidikan itu, antara lain :
1). Bagaimana sifat pendidikan itu?
2). Apakah pendidikan itu merupakan sosialisasi?
3). Apakah pendidikan itu sebagai pengembangan individu?
4). Bagaimana mendefinisikan pendidikan itu ?
5). Apakah pendidikan itu berperan penting dalam membina perkembangan atau mengarahkan perkembangan siswa?
6). Apakah perlu membedakan pendidikan teori dengan pendidikan praktek?
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh pendidikan, antara lain :
1). Beberapa proporsi pendidikan yang bersifat umum?
2). Beberapa proporsi pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu?
3). Apakah peserta didik diperbolehkan berkembang bebas?
4). Apakah perkembangan peserta didik diarahkan ke nilai tertentu?
5). Bagaimana sifat manusia?
6). Dapatkah manusia diperbaiki?
7). Apakah manusia itu sama atau unik?
8). Apakah ilmu dan teknologi satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?
9). Apakah tidak ada kebenaran lain yang dapat dianut pada perkembangan manusia?
Pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan pendidikan, anatara lain ?
1). Apakah pendidikan harus berpusat pada mata pelajaran atau peserta didik?
2). Apakah kurikulum ditentukan lebih dahulu atau berupa pilihan bebas?
3). Ataukah peserta didik menentukan kurikulumnya sendiri?
4). Apakah lembaga pendidikan permanen atau bersifat tentatif?
5). Apakah proses pendidikan berbaur pada masyarakat yang sedang berubah cepat?
6). Apakah diperlukan kondisi-kondisi tertentu dalam membina perkembangan anak?
7). Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam mendidik anak-anak?
8). Perkembangan apa saja yang diperlukan dalam proses pendidikan?
9). Apakah dperlukan nilai-nilai penuntun dalam proses pendidikan?
10). Bagaimana sebaiknya proses pendidikan itu, otoriter, primitif, atau
demokratis?
11). Belajar menekan prestasi atau terpusat pada pengembangan cara belajar dan kepuasan akan hasil belajar?
Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.
1). Menginspirasikan
2). Menganalisis
3). Mempreskriptifkan
4). Menginvestigasi
Maksud menginsparasikan adalah
memberin insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu
dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof
memaparkan idennya bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan
itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara
mendidik serta peran pendidik. Sudah tentu ide-ide ini didasari oleh
asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan,
dan negara.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis
dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa teliti bagian-bagian
pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu
dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak
terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan
demkian ide-ide yang komplek bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan
pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan
tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The Advencement of Leraning mengemukakan tesis bahwa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur valitditas yang
bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, bila pengetahuan
itu berisikan dari salah satu konsep yang telah berlangsung selama
bertahun-tahun. Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik krisis
atau analisis untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan.
Melalui pengalaman secara kritis dengan logika induktif akan dapat
ditemukan konsep-konsep pendidikan.
Mempreskriptifkan
dalam filsafat pendidikan adalah upaya mejelaskan atau memberi
pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan
bisa berupa hakekat manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain,
aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses perkembangan
itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses
perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah
pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang perlu,
perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minat anak-anak.
Johann Herbart dalam bukunya Scence of education menginginkan
agar guru mempunyai informasi yang dapat dihandalkan mengenai tujuan
pendidikan yang dapat dicapai dan proses belajar sebelum guru ini
memasuki kelas. Pondasi pendidikan yang dikontruksi di atas asumsi yang
disangsikan kebenarannya atau di atas tradisi yang masih kabur perlu
segera diganti dengan informasi-informasi yang valid. Suatu informasi
yang direkonstruksi dari atau secara ilmiah.
Yang dimaksud menginvestigasi
dalam filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti
kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil
begitu saja suatau konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan
dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan
di lapangan atau melalui penelitian-penelitian. Untuk sementara
filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja. Selanjutnya
setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan
dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai pembanding, untuk
kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan itu menjadi
lebih mantap.
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education
menyatakan bahwa pengelaman adalah tes terakhir dari segala hal. Mereka
memandang pengalaman sebagai panji-panji semua filsafat pendidikan yang
mempunyai komitmen terhadap inquiry atau penyelidik. Filosfo
berfungsi memilih pengalaman-pengalaman yang cocok untuk memanjukan
efisiensi sosial. Filsafat pendidikan berusaha menafsirkan proses
belajar-mengajar menurut prosedur pengujian ilmiah dan kemudian memberi
komentar tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat pendidikan mencari
konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa
kelemahannya, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan itu
Para
filosof, melalui filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru
tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari
kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari
latar gografis, sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut pandang
keberadaan manusia akan menimbulkan aliran Perennialis, Realis, Empiris,
Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut
geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis,
Tradisionalis, Progresivis, dan Rekontruksionis.
Berbagai
aliran filafat pendidikan tersebut di atas, memberikan dampak
terciptanya konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam.
Masing-masing konsep akan mendukung filsafat pendidikan itu. Dalam
membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan
agar teori-teori itu diwujudkan diatas ebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1). Esensialis
2). Perenialis
3). Progresivis
4). Rekonstruksionis
5). Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Esesialis
bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya.
Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran
secara kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik
yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis
dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan
pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan
mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang
sulit itu, diyakini otak peserta didik akan terarah dengan baik dan
logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran
dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan
kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat
kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
Filsafat pendidikan Perenialis
bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana cara menumbuhkan
kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar
tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses
pendidikan meraka sama-sama tradisional.
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai
jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan
nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula
tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat
relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam
kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan
adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Sebagai
konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan
adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana
berpikir yang baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar
pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu
sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk
mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip
mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi.
Perbedaan-perbedaan individual juga sangat mereka perhatikan dalam
pendidikan.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis
merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia
pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Meraka bercita-cita
mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua bidang
kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang ektrim. Ini berupaya
merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata
susunan hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan.
Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak
banyak berbeda dengan aliran Progresivis.
Filsafat pendidikan Eksistensialis
berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adala eksistensi atau adanya
individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini tidak punya
tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah
bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan komitmennya
sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan
menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu,
memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan
pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan
komitmen diri sendiri. Materi
pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan
melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi
yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan
manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis
dengan teknik mengajar langsung.
PENUTUP
Filsafat
adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya
ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Filsafat menjadi
sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga
negara dari suatu bangsa.
Pendidikan
adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada didalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu
pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan perbuatan
mendidik.
Hubungan
antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu:
logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan
interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran
kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat
pendidikan.
Filsafat
pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari
filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak bolah bertentangan dengan
filsafat.